APPOINTMENT WITH DEATH 03

image

Judul: APPOINTMENT WITH DEATH
Cast  : Kwon Yuri,Jessica Jung,Im Yoona,Kim Taeyeon,Hwang Tiffany,Ok Taecyon
main Cast : Banyak
Genre:Mistery
Rating  :PG 17+

Jessica bertanya-tanya pada dirinya sendiri,mungkinkah Boa datang  seperti  yang  dijanjikan?  Hati  kecilnya masih  ragu. Ia Khawatir Boa  mengalami  reaksi  kejiwaan  yang keras  setelah  setengah  mengeluarkan  isi  hatinya  pagi  tadi. Walaupun  begitu,Jessica bersiap-siap  juga.Dikenakannya kimono  satin  birunya. Lalu  dikeluarkannya  kompor  listrik kecil dan dijerangnya air. Hampir  menerima  kenyataan  bahwa  Boa tidak mungkin  datang  (hari  sudah  lewat  jam  satu  malam), dan pergi  tidur. Tiba-tiba  terdengar  ketukan  di  pintu  kamarnya.

Jessica membukakan, dan  mundur  sedikit, mempersilakan Boa masuk. “Kupikir kau sudah tidur….”
Jessica  bersikap  biasa-biasa  saja.  “Oh,  tentu  saja  belum. Kan  aku  menunggumu.  Ayo,  silakan  minum  tehnya.  Teh Lapsang  Souchong  asli,  lho.” 
Jessica  membawakan  secangkir teh untuk Boa.Mula-mula  Boa gelisah  dan  kebingungan.Kini diterimanya  cangkir  teh  dan  biskuit  yang  ditawarkan  Jessica,dan  ia  pun tampak sedikit tenang.
“Begini  kan  enak,”  ujar  Jessica sambil  tersenyum. 

Boa tampak agak kaget.  “Ya,” sahutnya ragu.
“Seperti  pesta  tengah  malam di  asrama  sekolah  saja,  ya?” lanjut Jessica  “Oh,  kau tak pernah sekolah?”
Boa menggeleng.  “Kami  tidak  pernah  pergi  dari rumah.”
“Jadi,  kau sama sekali tidak pernah pergi  ke  mana-mana?”
“Tidak.  Sejak  kecil  kami  semua  tinggal  di  rumah  terus. Baru kali inilah kami  bepergian.”
“Wah, pasti  sangat menyenangkan kalau begitu.”
“Oh,  ya. Rasanya seperti  mimpi  saja.”
“Mengapa  ibumu  tiba-tiba  ingin  mengajak  kalian bepergian?”

Mendengar  nama  Mrs. Kim  disebutkan, Boa terkesiap. Cepat  Jessica berkata,  “Kebetulan  aku  ini  calon  dokter. Baru  saja  aku  mendapat  gelar  sarjana  muda  kedokteran. Ibumu  –  ibu  tirimu  –  sangat  menarik  perhatianku.  Aku menganggapnya  sebagai  kasus  penyakit  yang  menarik,  itu maksudku.”
Boa bengong. Jelas sekali hal  semacam  itu belum  pernah terpikirkan  olehnya.Jessica tahu itu, dan  sengaja  mengatakan kenyataan  itu. Bagi  anak-anaknya,  Mrs.Kim merupakan semacam  figur  yang  berpengaruh  kuat  dan  menjijikkan.Jessica berniat membuang jauh-jauh pikiran semacam  itu.

“Ya,”  lanjutnya.  “Ada  semacam  penyakit  tertentu  kalau orang  dihinggapi  penyakit  ini, sifatnya  jadi  otokratis, maunya  apa-apa  dikerjakan  sesuai  perintahnya.  Orang seperti  itu sukar sekali  disembuhkan.”

Boa meletakkan  cangkirnya.  “Oh,”  serunya,  “lega rasanya  mengobrol  seperti  ini  denganmu.  Mungkin  kau  tak percaya,  tapi sungguh  aku  dan Yuri merasa…  yah,  sepertinya kami  ini  gila  atau  hampir  gila.  Terus  terang, kami  merasa telah merencanakan  sesuatu  yang gila.”

“Bicara  dengan  orang  lain  memang  sering  meringankan perasaan,”Ujar  Jessica. 
“Ngobrol  dengan  keluarga  sendiri setiap  hari  terus-terusan  cenderung  membuat  orang  jadi panasan.”
Lalu, dengan  tidak  mengubah  nada  suaranya,Jessica bertanya,  “Kalau  kau  tidak  betah  tinggal  di  rumah terus-terusan,  mengapa  kau  tidak  lari  saja  dari  rumah, misalnya?”

Boa terkejut.  “Oh,  tentu  saja  tidak!  Mana  mungkin? Eomma pasti  melarang!”
“Dia  tidak  berhak  menghalang-halangimu,” Jessica berkata lembut.  “Kau sudah cukup  dewasa.”
“Ya.  Umurku dua  puluh tiga.”
“Nah,  kan?”
“Meskipun  begitu,  aku  tidak  tahu  –  maksudku,  aku  tidak tahu  ke  mana  aku  mesti  pergi  atau  apa  yang  mesti kulakukan,”  ujar  Boa kebingungan. 

“Tahukah  kau,” lanjutnya,  “uang  saja kami  tak  punya.”
“Kau tak punya kawan sama sekali?”
“Kawan?  Oh,  tidak  sama  sekali.  Kami  tidak  pernah  kenal siapa-siapa!”
“Jadi,  tak  seorang  pun  di  antara  kalian  pernah  berpikir untuk melarikan  diri  dari  rumah?”
“Tidak. Kami  tidak bisa begitu.”

Jessica  mengganti  topik  pembicaraan. Ia  merasa  iba melihat  Boa kebingungan  begitu.Katanya, “Kau sayang pada  ibu tirimu?”
Perlahan  Boa menggeleng. Ia  berbisik  dengan  suara pelan  ketakutan,  “Aku  benci  dia.Yuri juga…  Kami  sering berharap  dia cepat  mati.” Sekali  lagi  Jessica  mengalihkan  topik  pembicaraan, “Coba ceritakan mengenai  kakak sulungmu.”
“Taeyeon?  Aku  tidak  mengerti  apa  yang  terjadi  pada  diri Taeyeon Belakangan  ini  dia  jarang  sekali  bicara. Kerjanya melamun dan  berjalan  mondar-mandir. Tiffany sangat  kuatir melihat keadaannya.” “Kau suka pada kakak iparmu?”
“Ya.  Tiffany beda.  Dia  selalu manis.Tapi  dia sedih.”

“Memikirkan  oppamu?”
“Ya.”
“Mereka sudah lama  menikah?”
“Empat tahun.”
“Mereka tinggal serumah dengan kalian?”
“Ya.”

Jessica bertanya,  “Apakah  kakak  iparmu  suka  hidup begitu?”
“Tidak.” Sejenak hening menyelimuti  mereka berdua. Kemudian  kata Boa “Empat  tahun  yang  lalu  pernah terjadi  keributan. Seperti  sudah  kuceritakan, tak  seorang pun di  antara  kami  pernah  pergi  ke  luar  rumah. Paling-paling cuma  sampai  halaman. Tapi  Taeyeon pernah.  Dia  keluar pada  malam  hari. Dia  pergi  ke  tempat  Bar diskotik.Eomma marah sekali  waktu  beliau  tahu. Setelah  itu  Eomma menyuruh Tiffany tinggal  di  rumah  kami. Tiffany masih  sepupu  jauh Appa. Dia  miskin,dan  waktu  itu  sedang  sekolah  di  sekolah perawat. Tiffany tinggal  sebulan  di  rumah  kami. Senang sekali  rasanya  waktu  itu ada  orang  lain  tinggal  bersama kami!  Dia  jatuh  cinta  pada  Taeyeon,Taeyeon pun  begitu.Eomma bilang, mereka  mesti  cepat-cepat menikah dan  tinggal serumah dengan kami.”

“Tiffany mau?”
Boa  ragu.  “Kelihatannya  Tiffany  tidak  terlalu  kepingin.Tapi  dia  tidak  bilang  apa-apa.  Setelah  beberapa  lama,  dia ingin  pergi  dari situ bersama-sama Taeyeon tentunya.”
“Tapi mereka tidak pergi?” tanya Jessica
“Ani. eomma tak  mau tahu.” “Kupikir,” tambah Carol, “sejak itu Mama jadi  tidak suka pada  Tiffany. Tiffany orangnya  aneh. Pikirannya  tidak  bisa ditebak.  Dia  ingin  membantu  Seohyun, tapi  eomma  tidak senang.”

“Seohyun itu siapa? Dongsaengmu  yang bungsu?”
“Ya.  Nama sebenarnya Ju hyun.”
“Dia sendiri bagaimana? Bahagiakah hidupnya?”
Boa menggeleng  ragu.  “Akhir-akhir  ini  Seohyun berubah. Aku  tidak  bisa  mengerti  dia. Dari  dulu  dia  memang agak  lemah, dan eomma selalu  meributkan  hal  itu. Akibatnya keadaan  Seohyun  lebih  buruk.  Belakangan  ini  Seohyun sering aneh-aneh. Kadang-kadang  aku  sampai  ketakutan.  Dia…  dia sering tidak menyadari  apa yang sedang  dilakukannya.”

“Sudah dibawa ke  dokter?”
“Belum. Tiffany sudah  mengusulkan  begitu. Tapi  eomma menolak,  dan  Seohyun  jadi  histeris.Dia  berteriak-teriak.Katanya  dia  tidak  mau  ke dokter. Tapi,  oh,  aku  benar-benar kuatir  akan  keadaannya.”  Mendadak  Boa berdiri.  “Sudah waktunya  kau  istirahat. Terima  kasih  banyak  kau  mau mengundangku  dan  mengajakku  ngobrol  begini.  Kau  pasti menganggap keluargaku aneh, kan?”
“Oh,  setiap  orang  sesungguhnya punya  keganjilan,”  hibur Jessica  “Kapan-kapan datanglah lagi. Ajak oppamu!”

“Sungguh?”
“Ya.  Kita  bikin  semacam  komplotan  rahasia  –  begitu. Nanti  kukenalkan  kau  pada  seorang  kawanku.  Dokter Taecyon namanya.” Wajah  Boa bersemu  merah.  “Oh,  alangkah  senangnya. Mudah-mudahan Eomma tidak tahu!”
“Bagaimana  eomma-mu  bisa  tahu?  Nah,  selamat  tidur,Boa. Sampai  ketemu  besok – jamnya sama?”

“Oh,  ya.  Lusa mungkin  kami  sudah  tidak di  sini  lagi.”
“Kalau  begitu  kita  pastikan  saja  harinya  besok, ya?  jadi, sampai  besok!”Boa menyelinap  keluar  dari  kamar  Jessica. Perlahan-lahan  ditelusurinya  koridor. Kamarnya  sendiri  ada  di lantai  atas.  Sesampainya  di  sana, dibukanya  pintu,  tetapi  ia seolah terpaku di  muka pintu. Mrs.Kim  sedang duduk di kursi  dekat perapian,mengenakan  kimono  merahnya.
“Oh,” Boa terkesiap. Sepasang  mata  hitam  menatapnya  tajam. 
“Dari  mana kau, Boa?”
“Aku…  aku…”
“Dari  mana?”  tanya  Mrs.Boa  dengan  suara  parau  yang  lembut  tapi  bernada  mengancam. 

Suaranya  selalu mengecutkan  hati  Boa. “Dari  tempat Miss Jung-Jessica Jung.”
“Oh, Yeoja yang bicara pada Yuri kemarin itu?”
“Ya,  eomma.”
“Kau janji mau ketemu dia lagi?”
Bibir Boa komat-kamit.Ia mengangguk mengiyakan.
“Kapan?”
“Besok malam.”
“Kau tak boleh menemuinya lagi. Mengerti?”
“Ya,  eomma.” Dengan  susah  payah  Mrs.Kim berusaha  bangkit  dari kursi  yang  didudukinya.  Spontan  Boa  menghampiri  ibunya dan  menolongnya  berdiri. Perlahanlahan  Mrs.Kim berjalan  kembali  ke  kamarnya  dengan  bantuan  tongkat.Sebelum  keluar, dipandangnya  anak  gadisnya  yang ketakutan sekali  lagi. “Kau  tak  boleh  berhubungan  lagi  dengan  Miss  Jung  itu. Mengerti?”
“Ya,  Ma.”
“Ulangi.”
“Aku tidak boleh berhubungan lagi  dengan  Miss Jung.  “
“Bagus.” Mrs.Kim keluar  sambil menutup  pintu.Tubuh  Boa terasa  lemah  lunglai. Dijatuhkannya  dirinya di  ranjang, dan  mendadak  gadis  itu  menangis  terisak-isak sambil menahan  raungannya.

Rasanya  baru  saja ia  menyaksikan  pemandangan indah  di depan  matanya  –  pemandangan  menyegarkan:  sinar matahari, pepohonan, sekonyong-konyong dan  bunga-bungaan….  Tapi tembok mengurungnya…. hitam

“BOLEH mengganggu sebentar?” itu kembali Tiffany  menoleh  kaget. Pandangannya  bertemu dengan  wajah seorang  perempuan  muda cantik  yang  belum  pernah dikenalnya.

“Oh,  tentu  saja.”  Namun,  tanpa  disadarinya,  sambil berkata begitu  ia  melirik ke  belakangnya.
“Namaku Jessica Jung” ujar perempuan muda tadi.
“Oh ya?”
“Mrs.Hwang,ada  sesuatu  yang  ingin  kukatakan padamu. Mungkin  kau  heran,  tapi  aku  mengobrol  lama sekali dengan adik iparmu  kemarin  malam.”
Ada  semacam  bayangan  yang  mengganggu  ketenangan wajah Tiffany Hwang. 
“Kau bicara dengan Juhhyun?”
“Bukan.  Bukan juhyun  – tapi  Boa.”
Bayangan  tadi  hilang.  “Oh,  jadi  kau  mengobrol  dengan Boa.”

Kedengarannya  Tiffany Hwang  senang,tapi  sangat terkejut.“Bagaimana caranya?”
Jawab  Jessica  “Dia  main  ke  kamarku  –  malam-malam.”
Dilihatnya  alis  Tiffany Hwang  terangkat. Lalu  tambahnya malu-malu,  “Pasti  kau menganggap  semua  ini  aneh.”
“Ah,  tidak,”  ujar  Tiffany. 
“Aku  senang.  Sungguh,  amat senang  mendengarnya.Boa pasti  senang  punya  teman mengobrol.”
“Ya.  Kami  berdua  sangat  cocok.”  Hati-hati  Jessica memilih  kata-katanya.

“Sebetulnya  kami  malah  janjian bertemu lagi  keesokan malamnya.”
“Ya?”
“Tapi Boa tidak datang.”
“Oh  ya?”  Suara  Tiffany sejuk.Wajahnya  yang  begitu tenang tidak mengekspresikan apa pun.
“Ya.  Kemarin kulihat dia di  lobi.  Waktu  kusapa, dia tidak menyahut.  Cuma  sebentar  memandangku,  lalu  buru-buru pergi.”
“Oh.” Sulit rasanya Jessica  hendak melanjutkan kata-katanya.

Tetapi  Tiffany segera  berkata,  “Maafkan  –Boa  agak penggugup.” Hening. 
Jessica memberanikan  diri, “Mrs.Hwang, aku kebetulan  calon  dokter. Menurutku,  tak  baik  adik  iparmu itu terlalu mengisolasikan  diri  dari  orang lain.”
Tiffany  memandang Jessica, “Oh,  jadi  kau dokter – tentu  saja.”
“Kau mengerti  maksudku?” tanya Jessica mendesak. Tiffany  menundukkan  kepala.  Ia  tampak  berpikir.  “Kau benar  tentunya.  Tapi  situasinya  sulit.  Kesehatan  ibu mertuaku  buruk  sekali,dan  dia  mempunyai  semacam kelainan  –  tak  suka  bila  ada  orang  lain  masuk  ke  dalam lingkungan  keluarganya.”

“Tapi Boa sudah dewasa,” bantah  Jessica.
Tiffany Hwang menggeleng.  “Belum.  Fisiknya  sudah dewasa,  tapi  pikirannya  belum.Kalau  kau  mengobrol dengannya,kau  pasti  tahu  itu.Dalam  keadaan  darurat, sikapnya seperti  anak kecil yang ketakutan.”
“Mungkinkah  itu  yang  terjadi?  Maksudku,  mungkinkah Boa jadi  ketakutan?”
“Menurutku,  Miss  Jung,ibu  mertuaku  melarang  Boa berhubungan lagi  denganmu.”
“Dan Boa mengalah?”
Perlahan  Tiffany  berkata,“Kau  bisa  membayangkan  dia berlaku sebaliknya?”

Mata  kedua  perempuan itu  berpandang-pandangan.Jessica merasa,di  balik  kedok  yang  tampaknya  biasa-biasa  saja  itu,mereka  sama-sama  mengerti  persoalannya.Jessica merasa Tiffany  tahu  duduk  perkaranya. Tapi  jelas  ia  tak  bersedia membicarakannya.Hati  Jessica kecut.Malam  itu,ketika Boa meninggalkan kamanya,ia  merasa  telah  memenangkan  setengah pertarungannya.Dengan  pertemuan  rahasia  seperti  itu,ia bermaksud  menghimbau  Boa untuk  melawan  –  ya,juga Yuri.  (Bukankah  Yuri yang  selama  ini  dipikirkannya?)  Tapi  dalam  ronde pertama pertarungan  itu  ternyata  ia  telah  dikalahkan  mutlak oleh  raksasa  bermata  jahat  itu.Boa menyerah  tanpa perjuangan.

“Semuanya itu  salah!”  seru Jessica.Tiffany tidak  menjawab.  Sikap Tiffany bagaikan  sebuah tangan  dingin  yang  ditempelkan  pada  hatinya.Pikirnya, perempuan  ini  lebih  tahu  kemustahilannya.Dia  hidup  di dalamnya! Pintu  lift terbuka. Mrs.Kim muncul dari  dalamnya.Ia menyandarkan  diri  pada  tongkat,sedangkan  Yuri menuntunnya  di  sisi  lain.Jessica terkesiap.Dilihatnya  mata  perempuan  itu  beralih dari  dirinya  kepada  Tiffany,dan  kemudian  kembali  lagi.Ia telah  siap  melihat  kebencian  dalam  mata  itu. Tapi  ia sungguh  tidak  siap  melihat  pandangan  kemenangan  dan kesenangan  atas kemenangan itu… Jessica  cepat-cepat pergi.Tiffany menghampiri  mereka berdua.

“Jadi,  kau  di  sini,Tiffany,”  ujar  Mrs.Kim
“Aku ingin  duduk sebentar sebelum kita pergi.” Mereka  menuntunnya  dan  membantunya  duduk  di sebuah  kursi  bersandaran  tinggi.Tiffany  duduk  di sebelahnya.
“Siapa yang mengobrol denganmu  tadi Tiffany?”
“Miss Jung.”
“Oh  ya.  Gadis  yang  menyapa  Yuri  beberapa  waktu lalu.Nah,Yuri,mengapa  kau  tidak  pergi  dan  mengobrol dengannya? Kulihat dia berdiri  dekat meja tempat majalah.” Bibir  perempuan  itu  tersenyum  jahat  ketika  memandang Yuri merah  padam.Ia  membuang  muka  dan menggumamkan  sesuatu.
“Apa katamu, Nak?”
“Aku tak ingin ngobrol dengannya.”
“Ya.  Kupikir begitu. Kau tak akan bicara dengannya.Kau
tak  akan  bisa,  betapapun  inginnya  kau!”  Perempuan  itu terbatuk 

“Aku  mulai  bisa  menikmati  perjalanan ini,Tiffany. Oh,  ditukar  dengan  apa pun  aku tak mau!”
“Oh.” Suara Tiffany tanpa ekspresi.
“Yul.”
“Ya,  Eomma.”
“Ambilkan kertas tulis dari  meja di  sudut  itu.”Yuri  bangkit  dengan  patuhnya.Tiffany mengangkat wajahnya.Dipandangnya  ibu  mertuanya.  Mrs.Kim duduk  tegak.Daun  hidungnya  kembang-kempis  penuh kepuasan.Yuri lewat dekat Jessica. Jessica menoleh. Wajahnya penuh  harap. Harapan  itu  segera  hilang  ketika  Yuri cuma  berlalu, mengambil  beberapa  helai  kertas,dan  kembali kepada ibunya.Beberapa  tetes  keringat  membasahi  dahinya  pada  waktu namja  itu  menyerahkan  kertas  tulis  yang  baru  diambilnya kepada Mrs.Kim.
Sangat lembut Mrs.Kim bergurmam,  “Ah.”

Kemudian  dilihatnya  mata  Tiffany  menatapnya. Pandangan  menantunya  itu  tiba-tiba  saja  membuatnya marah. “Di mana nickhun hari  ini?” tanyanya.
Tiffany  menundukkan  wajahnya  lagi.Dengan  suaranya yang  lembut  ia  menjawab,  “Aku  tak  tahu. Sepagian  dia belum  kelihatan.”
“Aku  suka  Namja  itu,”  ujar  Mrs.Kim
“Kita  mesti sering-sering menemuinya. Kau suka,  kan?”
“Ya,” sahut Tiffany. 
“Aku pun sangat  menyukainya.”
“Kenapa  Taeyeon akhir-akhir  ini?  Kelihatannya  dia  jadi pendiam.  Kalian tidak bertengkar,  kan?”

“Tidak.  Mengapa mesti  bertengkar?”
“Aku  cuma  ingin  tahu.  Biasanya  suami-istri  ada  kalanya bertengkar,  tidak  cocok  satu  sama  lain.  Mungkin  kau  akan merasa lebih  senang  tinggal di  rumah sendiri?”
Tiffany tidak menjawab.
“Bagaimana  pendapatmu?  Kau  tertarik  punya  rumah sendiri?” Tiffany menggeleng.  Katanya sambil tersenyum,
“Kupikir itu tak akan menarik buatmu,Eomma.”

Mata  Mrs.Kim  berkilat-kilat.Dengan  tajam  dan sengit  katanya,  “Kau selalu melawanku.”
Tiffany menyahut  datar,  “Sayang  eomma  berpendapat begitu.” Mrs.Kim  berpegang  pada  tongkatnya.Wajahnya tiba-tiba  menjadi  keungu-unguan.Dengan  nada  suara berubah  katanya,  “Aku  lupa  membawa  obat  tetes.Tolong ambilkan, Tiffany.”
“Tentu.” Tiffany  bangkit  dan  menuju  lift.  Mrs.Kim mengamatinya. Sementara  itu  Yuri duduk  diam,pada matanya tercermin  kesedihan hatinya.Tiffany pergi  ke  atas,dan  setelah  melewati  beberapa koridor,sampai  ke  kamar  mereka.Taeyeon sedang  duduk  di dekat  jendela.Tangannya  memegang  buku,tapi  ia  tidak membaca. Mendengar Tiffany masuk,  ia pun  berdiri.  “Ppany ah..”
“Aku mau ambil obat tetes  omma. Ketinggalan katanya.”

Tiffany masuk  ke  kamar  Mrs.Kim.Ia  mengambil sebuah  botol  dan  menuangkan  isinya  ke  dalam  gelas  ukur.Dengan  teliti  Tiffany  mengukur  dosisnya, kemudian mencampurnya dengan  air. Waktu  melewati  ruangan  tempat Taeyeon duduk tadi,Tiffany berhenti,  “Tae.”
Taeyeon tidak  segera  menjawab. Panggilan  itu  seolah datang  dari  tempat  yang  jauh  sekali.Baru  beberapa  saat kemudian  ia menyahut,

“Mianhae – kau bilang apa?”
Tiffany  meletakkan  gelas  yang  dibawanya  perlahan-lahan di  atas meja.Kemudian dihampirinya  Tae-taenya.
“Tae,lihatlah  matahari  di  luar  sana.Lihatlah kehidupan.Indah.  Kita  pun  bisa  berada  di  sana  –  bukan cuma  melihat  dari balik jendela.” Hening.
Kemudian Taeyeon  berkata,  “Mianhae.  Maksudmu,  kau ingin keluar?”
Cepat  Tiffany menjawab,  “Ya,  aku  ingin  pergi  keluar bersamamu  –  ke  luar  sana,  ke  tempat  yang  disinari  matahari, ke  kehidupan bahagia,  dan  hidup  berdua denganmu.” Taeyeon menyandarkan  dirinya kembali. “Ppany, sayangku,  mestikah kita ulang semua ini  lagi?”
“Ya,  harus. Ayolah kita pergi  dan hidup  sendiri.”
“Mana mungkin. Kita tak  punya uang.”
“Uang  bisa kita cari.”
“Mana  mungkin?  Apa  yang  bisa  kita  lakukan?  Aku  tidak dididik buat bekerja.Kita tak mungkin bisa hidup  sendiri.” “Baiklah. Aku akan mencari  uang  buat kita berdua.

“Oh, sekolahmu  saja  tidak  lulus.  Tak  ada harapan-mustahil!” “Tidak. Yang  tidak  berharapan  dan  mustahil  adalah kehidupan kita sekarang  ini.”
“Kau  tak  tahu  apa  yang  kau ucapkan, Pany.Eomma sangat  baik  kepada  kita  berdua. Beliau  memberikan kemewahan pada  kita.”
“Ya,  tapi  tidak  kebebasan.Kim Taeyeon,beranikanlah  dirimu. Ikutlah denganku,  hari  ini.”
“Tiffany Hwang, kau gila.!!”
“Aku  tidak  gila.  Aku  seratus  persen  waras.  Aku  cuma menginginkan kehidupan bebas bersamamu dalam terangnya sinar  matahari  –  bukan  dalam  kungkungan  perempuan  tua yang  seperti  tiran  dan  senang  melihat  anaknya  tidak bahagia.”
“Memang  mungkin Eomma agak otokratis …… ”
“Ibumu gila!  Dia  tidak waras!”
Taeyeon menyahut  lembut,  “Itu tidak  benar. Eomma  sangat pandai.”
“Mungkin – memang pandai.”
“Pany,  dia  tak  akan  hidup  selamanya.  Umurnya  sudah enam  puluh  lebih,  dan  kesehatannya  pun  sudah  begitu menurun.  Kalau eomma  meninggal, uang  peninggalan  Appa akan  diberikan kepada  kita  semuanya.Kau  ingat  kan,Eomma pernah  membacakan  surat  wasiatnya?”
“Pada  waktu  dia  mati,”  ujar  Tiffany,  “semuanya  sudah terlambat.”
“Teriambat?”
“Terlambat buat berbahagia.Tae..”

Taeyeon bergumam,  “Terlambat buat berbahagia.” Tiba-tiba ia bergidik.Tiffany mendekatinya.  Didekapnya bahu lelaki  itu. “Tae,  aku  sayang  padamu. Tapi  aku  –  oh,  ada permusuhan  antara  ibumu  dan  aku.  Siapa  yang  akan kaubela? Dia  atau  aku?”
“Kau – kau!”
“Kalau begitu,  turuti  permintaanku.”
“Itu tak mungkin!”
“Tidak.  Bukan  tidak  mungkin.  Pikir, Tae,  kita  bisa punya anak.”
“Eomma ingin kita  punya anak.Baru-baru  ini  eomma bilang begitu.”
“Aku  tahu.  Tapi  aku  tak  mau  melahirkan  anak  buat dibesarkan  dalam  lingkungan  seperti  ini. Ibumu  bisa  saja memengaruhimu, tapi  ingat  –  dia  tidak  akan  bisa memengaruhiku.”

Taeyeon bergumam,  “Kadang-kadang  kau  membuatnya marah, Tiffany. Itu  tidak baik.”
“Dia  marah  cuma  karena  dia  tahu  bahwa  dia  tidak  bisa memengaruhi  atau mendikteku.”
“Aku  tahu  kau  selalu  ramah  dan  lembut  terhadapnya. Kau  manis  sekali, Pany.Kau  terlalu  baik  buatku.Dari dulu.Waktu  kau  bilang  mau  kunikahi.rasanya  seperti mimpi  saja.” Perlahan Tiffany berkata,  “Aku salah – kawin denganmu.”

“Ya,  kau salah,” ujar Taeyeon putus asa.
“Bukan  begitu  maksudku.Seandainya  sebelum  aku  mau kaunikahi, aku  mengajukan  syarat  supaya  kau mau  lari  dari rumah  bersamakul  aku  yakin  kau  mau…  Aku  mengerti kemauan  ibumu  waktu  itu.”
Tiffany diam.  Kemudian katanya,  “Jadi,  kau  tak  mau  pergi  bersamaku?  Yah,  aku  tak berhasil  membujukmu.  Tapi  ingat, Taeyeon,  aku  bebas  pergi ke  mana pun aku  mau!  Kupikir.. kupikir, aku  akan pergi….”
Taeyeon  memandangnya  ragu.Untuk  pertama  kalinya, jawabannya  datang  segera,seolah  kecepatan  berpikirnya dipacu.  Katanya  terbata-bata,  “Tapi  …  tapi…  tak  mungkin kau melakukannya.Eomma  … Eomma  tidak  akan mengizinkan.”

“Dia  tidak bisa menghalang-halangiku.”
“Kau tidak punya uang.”
“Aku  bisa  cari  uang,  pinjam,  minta,  atau  malah mencurinya.  ingat Taeyeon,ibumu  tak  punya  kekuasaan  apa pun terhadapku!  Aku  bebas  pergi  atau  tinggal  di  sini semauku.  Aku  mulai  merasa  sudah  terlalu  lama  kehidupan seperti  ini kulalui.”
“Pany,  jangan  tinggalkan  aku…  jangan  tinggalkan aku….” Tiffany memandangnya iba.
“Jangan  tinggalkan  aku,Pany hiks,”  pinta  Taeyeon  seperti anak kecil. Cepat  Tiffany  membuang  muka  supaya  Taeyeon tidak melihat  kepedihan  di  matanya.Ia  berlutut  di  samping suaminya.  “Makanya, Tae  –  ayo,  ikutlah  denganku. Percayalah, kau  bisa,asal mau.”
Taeyeon melepaskan  diri  darinya.“Aku  tak  bisa.  Aku  tak bisa!  Sudah  kubilang.  Aku  tak  punya  –  oh,  Tuhan,tolonglah hamba- aku  tak punya  keberanian….”

————

DOKTER  Taecyon  memasuki  kantor  sebuah  biro perjalanan,  dan  di  dalamnya bertemu  dengan  Jessica. Jessica menoleh. “Oh,  selamat  pagi.  Aku  sedang membereskan  rencana  perjalananku  ke  Seoul.Baru  saja kudengar  kau juga akan  pergi  akhirnya.”
“Ya kupikir waktunya masih cukup.”
“Senang sekali,  kalau begitu.”
“Rombongannya besar atau kecil, ya?”
“Karanya,  kita  cuma  bersama  dua  wanita  lain.  Satu mobil.” “Oh,  bagus kalau begitu,” ujar Taecyon  mengangguk. Kemudian  ia mendapat giliran dilayani. Sambil  memegang  surat-surat  perjalannya, Taecyon keluar mengiringi  Jessica.  Pagi  itu  udara  cerah,dan  angin  bertiup sejuk.

“Bagaimana  kabarnya  keluarga  Kim?”  tanya  Dokter Taecyon.
“Tiga  hari  terakhir ini  aku ikut  tur  ke Gwangju dan Jeju.” Pelan-pelan,  dan  dengan  agak  segan, Jessica menceritakan kegagalannya  menjalin  hubungan  dengan  mereka. 
“Aku gagal,”  ujar  Jessica  menutup  ceritanya. “Dan  hari  ini  mereka sudah  akan pergi.”
“Ke mana?”
“Aku  tak  tahu,”  jawab Jessica  jengkel.  “Aku  merasa  telah bertindak bodoh.”
“Dalam hal apa?”
“Mengurusi  orang lain.”

Taecyon  mengangkat bahu.  “Itu sih  perkara  pendapat. “Maksudmu,  pendapat  orang  mengenai  perlu  tidaknya mencampuri  urusan orang lain?”
“Ya.”
“Kau sendiri?”
Lelaki  Jepang  itu  kelihatan  senang.  “Kalau  kau menanyakan  apakah  aku  punya  kebiasaan  mencampuri urusan orang lain,jawabnya tidak.”
“Kalau  begitu  kau  menganggapku  sudah  mencampuri urusan mereka?”  ‘
“Ani.Anniyo Kau salah mengerti,” Taecyon  berkata cepat dan  bersemangat.  “Kupikir,  masalahnya  begini:  apakah orang,  kalau  dia  melihat  ada  suatu  kesalahan  diperbuat orang lain,harus berusaha  membetulkan? Dalam  hal ini, ikut campur  seseorang  mungkin  berakibat  baik  tapi  bisa  juga malah  lebih  mencelakakan!  Tak  mungkin  kita  membuat hukum  dalam  hal  ini.  Mungkin  ada  beberapa  orang  yang pandai  dalam  mencampuri  urusan  orang  lain   dan  mereka berhasil  membenarkan  apa  yang  semula  salah!  Tapi ada  juga orang yang kurang mampu. Orang yang demikian,lebih  baik membiarkan  saja  masalahnya  seperti  adanya.Belum  lagi faktor  umur.Orang-orang  muda  umumnya  sangat  ideal  – pemikiran  mereka  biasanya  lebih  teoretis  ketimbang  praktis.
Mereka  belum  pernah  mengalami  bahwa  fakta  seringkali bertentangan  dengan  teori. Kalau  orang  percaya  pada  diri sendiri  dan  yakin  akan  kebenaran  tindakannya,  biasanya  dia bisa mencapai  sesuaru  yang  berguna!  (Sayangnya, kebalikannyalah  yang  sering  terjadi!)  Sebaliknya,  orang orang  setengah  baya  biasanya  berpengalaman  mereka umumnya  sudah  mengalami  bahwa  ikut  campur  bisa berakibat  baik  maupun  buruk. Mereka  tahu  pula  bahwa akibat buruk lebih sering dialami  daripada yang baik. Karena pengalamannya  itulah  mereka  mengambil  jalan  bijaksana tidak  mau  ikut  campur!  Jadi,  hasilnya  sama  saja  si  pemuda yang  tulus  bisa  mengakibatkan  baik  dan  buruk,  sedangkan  si tua tidak keburukan!” mengakibatkan  kebaikan  dan  juga  tidak. ”

“Itu namanya tidak membantu,” bantah Jessica.
“Bisakah  seseorang  menolong  yang  lain?  Itu  urusanmu, bukan urusanku.”
“Maksudmu,  kau  tak  akan  berbuat  sesuatu  sama  sekali untuk keluarga  Kim?”
“Aniyo.  Aku  tak  akan  punya  peluang  untuk  berhasil dalam  hal ini.”
“Kalau begitu, bagiku  pun tak ada kemungkinannya?”
“Untukmu,  mungkin ada.”
“Mengapa? “
“Karena  kau  punya  kualifikasi  khusus.  Kemudaan  dan seksmu  mempunyai  daya tarik sendiri.”
“Seks?  Oh.”
“Orang  selalu  kembali  pada  seks,  bukan?  Kau  gagal membantu  gadis  itu.  Tapi  itu  bukan  berarti  kau  akan  gagal
juga  membantu  oppanya.Yang  barusan  kauceritakan padaku  (yang  diceritakan  Boa padamu)  dengan  jelas menunjukkan  satu-satunya  tantangan  bagi  kekuasaan  Mrs.Kim.  Putra  sulungnya, Taeyeon,  menentangnya  dalam dorongan  kelaki-lakian  mudanya. Dia  diam-diam  keluar rumah,pergi  ke  tempat  Diskotik.Keinginan  seorang  namja menyentuh Yeoja,lebih  kuat  daripada  kekuatan hipnotis.Tapi  Mrs.Kim menyadari  kekuatan  seks. (Dalam  kariernya, dia  pasti  sering  melihat  betapa  besarnya kekuatan  itu.) Diatasinya  masalah  itu  dengan  pintarnya  – seorang  gadis  cantik  tapi  miskin  diundangnya  ke  rumah mereka, kemudian  mereka  cepat-cepat  dinikahkan.  Dengan begitu,  dia mendapatkan seorang budak lagi.”

Jessica menggeleng.  “Tapi istri Taeyeon bukanlah budak.”
Taecyon  mengangguk.  “Bukan.  Mungkin  bukan.  Ku  pikir, karena orangnya kelihatan pendiam  dan jinak,  Mrs.Kim tidak  mengira  bahwa  dia  mempunyai  sifat, kepfibadian, dan kemauan  tertentu.Pada  waktu  itu  Tiffany masih  terlalu muda  untuk  menyadari  keadaan  sebenarnya.  Tapi  sekarang sudah  terlambat.”
“Pikirmu dia sudah  menyerah?”
Dokter Taecyon menggeleng ragu. “Seandainya  dia  punya suatu  rencana  pun, tak  akan  ada  orang  yang  tahu. Aku melihat ada kemungkinan-kemungkinan dalam hubungannya  dengan  Nickhun. Taeyeon  itu  pencemburu  –  dan kecemburuan  merupakan  kekuatan  tersendiri.  Mungkin  saja Kim Taeyeon masih bisa  ditimbulkan rasa cemburunya.”
“Jadi,  kaupikir,”  Jessica  berusaha  kedengaran  serius  dan profesional,  “masih  ada  kemungkinan  bagiku  berbuat sesuatu  untuk Yuriku eh maksudku Kwon Yuri?”
“Ha ha..Ya.”

Jessica mengeluh.  “Oh,  andai  aku  mencoba  yah.  sekarang sudah  terlambat,  Bagaimanapun,  aku  rasanya  kurang suka..em seks..”
Taecyon tampak  senang.  “Itu  karena  kau  golongan darah B,Golongan darah B  malu  akan  seks. Mereka  bilang  ‘seks  kurang menyenangkan.”’
Respons  Jessica  yang  penuh  amarah  tidak  dipedulikan Taecyon. “Ya,  ya,  aku  tahu  kau  Yeoja  modern  yang  bebas mengatakan  di  depan  umum  kata-kata  paling  kotor sekalipun. Kau  Yeoja  cerdas  dan  profesional!  Tout  de  meme, kau masih punya sifat-sifat menurun yang  sama  dengan  yang dimiliki  ibumu  dan  nenekmu.  Kau  masih  tetap  gadis  Darah B yang pemalu,meskipun  mungkin pipimu tidak cepat menjadi merah!”

“Belum pernah  aku mendengar omongan sekonyol itu!”
Dengan  mata  berkedip  nakal, Dokter  Taecyon  menambahkan.  “Dan itu semua membuatmu sangat menarik!”
Kali  ini  Jessica tidak menyahut.
Cepat  Dokter  Taecyon mengenakan  topinya.  “Aku  pergi,”ujarnya,  “sebelum  kau  mulai  mengemukakan  lagi  apa  yang kaupikirkan.” Ia pun  masuk ke  hotel.
Jessica mengikutinya perlahan-lahan. Orang  sedang  sibuk  di  muka  hotel.  Beberapa  mobil  yang dipenuhi  berbagai  barang  bawaan  pergi  meninggalkan  hotel. Taeyeon dan  Tiffany serta  Nickhun  sedang  berdiri dekat  sebuah  mobil  berukuran  besar,  mengawasi  barang barang  mereka. Seorang  pemandu  wisata Korea bertubuh kekar dan Tampan khas korea sedang berbicara dengan  Boa.

Tbc

Pasti kalian greget banget ya,menurut author snsd saat ini seperti ini.dikuasai dan tak kan pernah bisa bebas…

sedih banget..


12 thoughts on “APPOINTMENT WITH DEATH 03

  1. Iyah km bnar, saat ini snsd memang sprti itu, apalagi hubungannya dg sica, sekalipun mmber lain ingin sekali brhubungan bebas dg sica di dpan publik sprti biasa, tapi mereka tak akn prnah bs melakukannya krna adanya perintah.

    Tae km buat aku gregetan, knapa gk terima ajakan phany, km akn menyesal nanti saat phany bnar” prgi dan meninggalkanmu, uang bs di cari tae, asalkan km mau bkerja keras km bs mndapatkannya.
    Kau anggap ibumu baik?
    Heol apanya yg baik.
    Ayo sica, kamu psti bisa memperngaruhi yurimu, buat yul ikut dgmu dan meninggalkan ibunya yg psycopat itu.
    Bnar menyebalkan si tua bangka itu!.

    Like

  2. Mrs. Kim otoriter abis.. ngekang abis anak” nya.. bahkan seohyun yg notabenya anak kandung nya sendiri…

    Si taeyeon udah di doktrin abis” an.. ayolah ikut fany keluar dari kungkungan mrs. Kim buat bisa hidup bebas.. di bwah sinar matahari..

    Ya bisa jadi.. snsd kaya gitu ga punya kebebasan.. terkekang..

    Like

  3. Ilah deh gemes bener bacanya si tae ky bocah dongo ih
    Yuri lagi samanya
    Thor nm emakny siapa si biar gue santet cpet mati absnya bikin gregetan

    Like

  4. aaaahhhh taeyeon nurut2 aja sih ama fany kan buat kebaikan jg
    aduh sica semangat ya buat ngejar yurinya lg
    semoga mereka bisa terbebas dari eomma nya yg jahat itu
    keep writing thor

    Like

  5. taeeeew ayo apa ayooo ikut fany taeeee pleaseee dan author jgn sampe tiffany berpaling ke nickhun please jangan sampe tetep ama taeyeon ya pleaseee

    Like

  6. Ish ish sebel gw sma mrs. Kim pen gw tabok ajaaa.
    Aaahhh msih penuh teka teki n misteri tpi seruuuu gw suka. Cpet updatenya thor hahhaahha

    Like

Leave a comment