Judul: APPOINTMENT WITH DEATH
Cast : Kwon Yuri,Jessica Jung,Im Yoona,Kim Taeyeon,Hwang Tiffany,Ok Taecyon
main Cast : Banyak
Genre:Mistery
Rating :PG 17+
Jessica bertanya-tanya pada dirinya sendiri,mungkinkah Boa datang seperti yang dijanjikan? Hati kecilnya masih ragu. Ia Khawatir Boa mengalami reaksi kejiwaan yang keras setelah setengah mengeluarkan isi hatinya pagi tadi. Walaupun begitu,Jessica bersiap-siap juga.Dikenakannya kimono satin birunya. Lalu dikeluarkannya kompor listrik kecil dan dijerangnya air. Hampir menerima kenyataan bahwa Boa tidak mungkin datang (hari sudah lewat jam satu malam), dan pergi tidur. Tiba-tiba terdengar ketukan di pintu kamarnya.
Jessica membukakan, dan mundur sedikit, mempersilakan Boa masuk. “Kupikir kau sudah tidur….”
Jessica bersikap biasa-biasa saja. “Oh, tentu saja belum. Kan aku menunggumu. Ayo, silakan minum tehnya. Teh Lapsang Souchong asli, lho.”
Jessica membawakan secangkir teh untuk Boa.Mula-mula Boa gelisah dan kebingungan.Kini diterimanya cangkir teh dan biskuit yang ditawarkan Jessica,dan ia pun tampak sedikit tenang.
“Begini kan enak,” ujar Jessica sambil tersenyum.
Boa tampak agak kaget. “Ya,” sahutnya ragu.
“Seperti pesta tengah malam di asrama sekolah saja, ya?” lanjut Jessica “Oh, kau tak pernah sekolah?”
Boa menggeleng. “Kami tidak pernah pergi dari rumah.”
“Jadi, kau sama sekali tidak pernah pergi ke mana-mana?”
“Tidak. Sejak kecil kami semua tinggal di rumah terus. Baru kali inilah kami bepergian.”
“Wah, pasti sangat menyenangkan kalau begitu.”
“Oh, ya. Rasanya seperti mimpi saja.”
“Mengapa ibumu tiba-tiba ingin mengajak kalian bepergian?”
Mendengar nama Mrs. Kim disebutkan, Boa terkesiap. Cepat Jessica berkata, “Kebetulan aku ini calon dokter. Baru saja aku mendapat gelar sarjana muda kedokteran. Ibumu – ibu tirimu – sangat menarik perhatianku. Aku menganggapnya sebagai kasus penyakit yang menarik, itu maksudku.”
Boa bengong. Jelas sekali hal semacam itu belum pernah terpikirkan olehnya.Jessica tahu itu, dan sengaja mengatakan kenyataan itu. Bagi anak-anaknya, Mrs.Kim merupakan semacam figur yang berpengaruh kuat dan menjijikkan.Jessica berniat membuang jauh-jauh pikiran semacam itu.
“Ya,” lanjutnya. “Ada semacam penyakit tertentu kalau orang dihinggapi penyakit ini, sifatnya jadi otokratis, maunya apa-apa dikerjakan sesuai perintahnya. Orang seperti itu sukar sekali disembuhkan.”
Boa meletakkan cangkirnya. “Oh,” serunya, “lega rasanya mengobrol seperti ini denganmu. Mungkin kau tak percaya, tapi sungguh aku dan Yuri merasa… yah, sepertinya kami ini gila atau hampir gila. Terus terang, kami merasa telah merencanakan sesuatu yang gila.”
“Bicara dengan orang lain memang sering meringankan perasaan,”Ujar Jessica.
“Ngobrol dengan keluarga sendiri setiap hari terus-terusan cenderung membuat orang jadi panasan.”
Lalu, dengan tidak mengubah nada suaranya,Jessica bertanya, “Kalau kau tidak betah tinggal di rumah terus-terusan, mengapa kau tidak lari saja dari rumah, misalnya?”
Boa terkejut. “Oh, tentu saja tidak! Mana mungkin? Eomma pasti melarang!”
“Dia tidak berhak menghalang-halangimu,” Jessica berkata lembut. “Kau sudah cukup dewasa.”
“Ya. Umurku dua puluh tiga.”
“Nah, kan?”
“Meskipun begitu, aku tidak tahu – maksudku, aku tidak tahu ke mana aku mesti pergi atau apa yang mesti kulakukan,” ujar Boa kebingungan.
“Tahukah kau,” lanjutnya, “uang saja kami tak punya.”
“Kau tak punya kawan sama sekali?”
“Kawan? Oh, tidak sama sekali. Kami tidak pernah kenal siapa-siapa!”
“Jadi, tak seorang pun di antara kalian pernah berpikir untuk melarikan diri dari rumah?”
“Tidak. Kami tidak bisa begitu.”
Jessica mengganti topik pembicaraan. Ia merasa iba melihat Boa kebingungan begitu.Katanya, “Kau sayang pada ibu tirimu?”
Perlahan Boa menggeleng. Ia berbisik dengan suara pelan ketakutan, “Aku benci dia.Yuri juga… Kami sering berharap dia cepat mati.” Sekali lagi Jessica mengalihkan topik pembicaraan, “Coba ceritakan mengenai kakak sulungmu.”
“Taeyeon? Aku tidak mengerti apa yang terjadi pada diri Taeyeon Belakangan ini dia jarang sekali bicara. Kerjanya melamun dan berjalan mondar-mandir. Tiffany sangat kuatir melihat keadaannya.” “Kau suka pada kakak iparmu?”
“Ya. Tiffany beda. Dia selalu manis.Tapi dia sedih.”
“Memikirkan oppamu?”
“Ya.”
“Mereka sudah lama menikah?”
“Empat tahun.”
“Mereka tinggal serumah dengan kalian?”
“Ya.”
Jessica bertanya, “Apakah kakak iparmu suka hidup begitu?”
“Tidak.” Sejenak hening menyelimuti mereka berdua. Kemudian kata Boa “Empat tahun yang lalu pernah terjadi keributan. Seperti sudah kuceritakan, tak seorang pun di antara kami pernah pergi ke luar rumah. Paling-paling cuma sampai halaman. Tapi Taeyeon pernah. Dia keluar pada malam hari. Dia pergi ke tempat Bar diskotik.Eomma marah sekali waktu beliau tahu. Setelah itu Eomma menyuruh Tiffany tinggal di rumah kami. Tiffany masih sepupu jauh Appa. Dia miskin,dan waktu itu sedang sekolah di sekolah perawat. Tiffany tinggal sebulan di rumah kami. Senang sekali rasanya waktu itu ada orang lain tinggal bersama kami! Dia jatuh cinta pada Taeyeon,Taeyeon pun begitu.Eomma bilang, mereka mesti cepat-cepat menikah dan tinggal serumah dengan kami.”
“Tiffany mau?”
Boa ragu. “Kelihatannya Tiffany tidak terlalu kepingin.Tapi dia tidak bilang apa-apa. Setelah beberapa lama, dia ingin pergi dari situ bersama-sama Taeyeon tentunya.”
“Tapi mereka tidak pergi?” tanya Jessica
“Ani. eomma tak mau tahu.” “Kupikir,” tambah Carol, “sejak itu Mama jadi tidak suka pada Tiffany. Tiffany orangnya aneh. Pikirannya tidak bisa ditebak. Dia ingin membantu Seohyun, tapi eomma tidak senang.”
“Seohyun itu siapa? Dongsaengmu yang bungsu?”
“Ya. Nama sebenarnya Ju hyun.”
“Dia sendiri bagaimana? Bahagiakah hidupnya?”
Boa menggeleng ragu. “Akhir-akhir ini Seohyun berubah. Aku tidak bisa mengerti dia. Dari dulu dia memang agak lemah, dan eomma selalu meributkan hal itu. Akibatnya keadaan Seohyun lebih buruk. Belakangan ini Seohyun sering aneh-aneh. Kadang-kadang aku sampai ketakutan. Dia… dia sering tidak menyadari apa yang sedang dilakukannya.”
“Sudah dibawa ke dokter?”
“Belum. Tiffany sudah mengusulkan begitu. Tapi eomma menolak, dan Seohyun jadi histeris.Dia berteriak-teriak.Katanya dia tidak mau ke dokter. Tapi, oh, aku benar-benar kuatir akan keadaannya.” Mendadak Boa berdiri. “Sudah waktunya kau istirahat. Terima kasih banyak kau mau mengundangku dan mengajakku ngobrol begini. Kau pasti menganggap keluargaku aneh, kan?”
“Oh, setiap orang sesungguhnya punya keganjilan,” hibur Jessica “Kapan-kapan datanglah lagi. Ajak oppamu!”
“Sungguh?”
“Ya. Kita bikin semacam komplotan rahasia – begitu. Nanti kukenalkan kau pada seorang kawanku. Dokter Taecyon namanya.” Wajah Boa bersemu merah. “Oh, alangkah senangnya. Mudah-mudahan Eomma tidak tahu!”
“Bagaimana eomma-mu bisa tahu? Nah, selamat tidur,Boa. Sampai ketemu besok – jamnya sama?”
“Oh, ya. Lusa mungkin kami sudah tidak di sini lagi.”
“Kalau begitu kita pastikan saja harinya besok, ya? jadi, sampai besok!”Boa menyelinap keluar dari kamar Jessica. Perlahan-lahan ditelusurinya koridor. Kamarnya sendiri ada di lantai atas. Sesampainya di sana, dibukanya pintu, tetapi ia seolah terpaku di muka pintu. Mrs.Kim sedang duduk di kursi dekat perapian,mengenakan kimono merahnya.
“Oh,” Boa terkesiap. Sepasang mata hitam menatapnya tajam.
“Dari mana kau, Boa?”
“Aku… aku…”
“Dari mana?” tanya Mrs.Boa dengan suara parau yang lembut tapi bernada mengancam.
Suaranya selalu mengecutkan hati Boa. “Dari tempat Miss Jung-Jessica Jung.”
“Oh, Yeoja yang bicara pada Yuri kemarin itu?”
“Ya, eomma.”
“Kau janji mau ketemu dia lagi?”
Bibir Boa komat-kamit.Ia mengangguk mengiyakan.
“Kapan?”
“Besok malam.”
“Kau tak boleh menemuinya lagi. Mengerti?”
“Ya, eomma.” Dengan susah payah Mrs.Kim berusaha bangkit dari kursi yang didudukinya. Spontan Boa menghampiri ibunya dan menolongnya berdiri. Perlahanlahan Mrs.Kim berjalan kembali ke kamarnya dengan bantuan tongkat.Sebelum keluar, dipandangnya anak gadisnya yang ketakutan sekali lagi. “Kau tak boleh berhubungan lagi dengan Miss Jung itu. Mengerti?”
“Ya, Ma.”
“Ulangi.”
“Aku tidak boleh berhubungan lagi dengan Miss Jung. “
“Bagus.” Mrs.Kim keluar sambil menutup pintu.Tubuh Boa terasa lemah lunglai. Dijatuhkannya dirinya di ranjang, dan mendadak gadis itu menangis terisak-isak sambil menahan raungannya.
Rasanya baru saja ia menyaksikan pemandangan indah di depan matanya – pemandangan menyegarkan: sinar matahari, pepohonan, sekonyong-konyong dan bunga-bungaan…. Tapi tembok mengurungnya…. hitam
“BOLEH mengganggu sebentar?” itu kembali Tiffany menoleh kaget. Pandangannya bertemu dengan wajah seorang perempuan muda cantik yang belum pernah dikenalnya.
“Oh, tentu saja.” Namun, tanpa disadarinya, sambil berkata begitu ia melirik ke belakangnya.
“Namaku Jessica Jung” ujar perempuan muda tadi.
“Oh ya?”
“Mrs.Hwang,ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu. Mungkin kau heran, tapi aku mengobrol lama sekali dengan adik iparmu kemarin malam.”
Ada semacam bayangan yang mengganggu ketenangan wajah Tiffany Hwang.
“Kau bicara dengan Juhhyun?”
“Bukan. Bukan juhyun – tapi Boa.”
Bayangan tadi hilang. “Oh, jadi kau mengobrol dengan Boa.”
Kedengarannya Tiffany Hwang senang,tapi sangat terkejut.“Bagaimana caranya?”
Jawab Jessica “Dia main ke kamarku – malam-malam.”
Dilihatnya alis Tiffany Hwang terangkat. Lalu tambahnya malu-malu, “Pasti kau menganggap semua ini aneh.”
“Ah, tidak,” ujar Tiffany.
“Aku senang. Sungguh, amat senang mendengarnya.Boa pasti senang punya teman mengobrol.”
“Ya. Kami berdua sangat cocok.” Hati-hati Jessica memilih kata-katanya.
“Sebetulnya kami malah janjian bertemu lagi keesokan malamnya.”
“Ya?”
“Tapi Boa tidak datang.”
“Oh ya?” Suara Tiffany sejuk.Wajahnya yang begitu tenang tidak mengekspresikan apa pun.
“Ya. Kemarin kulihat dia di lobi. Waktu kusapa, dia tidak menyahut. Cuma sebentar memandangku, lalu buru-buru pergi.”
“Oh.” Sulit rasanya Jessica hendak melanjutkan kata-katanya.
Tetapi Tiffany segera berkata, “Maafkan –Boa agak penggugup.” Hening.
Jessica memberanikan diri, “Mrs.Hwang, aku kebetulan calon dokter. Menurutku, tak baik adik iparmu itu terlalu mengisolasikan diri dari orang lain.”
Tiffany memandang Jessica, “Oh, jadi kau dokter – tentu saja.”
“Kau mengerti maksudku?” tanya Jessica mendesak. Tiffany menundukkan kepala. Ia tampak berpikir. “Kau benar tentunya. Tapi situasinya sulit. Kesehatan ibu mertuaku buruk sekali,dan dia mempunyai semacam kelainan – tak suka bila ada orang lain masuk ke dalam lingkungan keluarganya.”
“Tapi Boa sudah dewasa,” bantah Jessica.
Tiffany Hwang menggeleng. “Belum. Fisiknya sudah dewasa, tapi pikirannya belum.Kalau kau mengobrol dengannya,kau pasti tahu itu.Dalam keadaan darurat, sikapnya seperti anak kecil yang ketakutan.”
“Mungkinkah itu yang terjadi? Maksudku, mungkinkah Boa jadi ketakutan?”
“Menurutku, Miss Jung,ibu mertuaku melarang Boa berhubungan lagi denganmu.”
“Dan Boa mengalah?”
Perlahan Tiffany berkata,“Kau bisa membayangkan dia berlaku sebaliknya?”
Mata kedua perempuan itu berpandang-pandangan.Jessica merasa,di balik kedok yang tampaknya biasa-biasa saja itu,mereka sama-sama mengerti persoalannya.Jessica merasa Tiffany tahu duduk perkaranya. Tapi jelas ia tak bersedia membicarakannya.Hati Jessica kecut.Malam itu,ketika Boa meninggalkan kamanya,ia merasa telah memenangkan setengah pertarungannya.Dengan pertemuan rahasia seperti itu,ia bermaksud menghimbau Boa untuk melawan – ya,juga Yuri. (Bukankah Yuri yang selama ini dipikirkannya?) Tapi dalam ronde pertama pertarungan itu ternyata ia telah dikalahkan mutlak oleh raksasa bermata jahat itu.Boa menyerah tanpa perjuangan.
“Semuanya itu salah!” seru Jessica.Tiffany tidak menjawab. Sikap Tiffany bagaikan sebuah tangan dingin yang ditempelkan pada hatinya.Pikirnya, perempuan ini lebih tahu kemustahilannya.Dia hidup di dalamnya! Pintu lift terbuka. Mrs.Kim muncul dari dalamnya.Ia menyandarkan diri pada tongkat,sedangkan Yuri menuntunnya di sisi lain.Jessica terkesiap.Dilihatnya mata perempuan itu beralih dari dirinya kepada Tiffany,dan kemudian kembali lagi.Ia telah siap melihat kebencian dalam mata itu. Tapi ia sungguh tidak siap melihat pandangan kemenangan dan kesenangan atas kemenangan itu… Jessica cepat-cepat pergi.Tiffany menghampiri mereka berdua.
“Jadi, kau di sini,Tiffany,” ujar Mrs.Kim
“Aku ingin duduk sebentar sebelum kita pergi.” Mereka menuntunnya dan membantunya duduk di sebuah kursi bersandaran tinggi.Tiffany duduk di sebelahnya.
“Siapa yang mengobrol denganmu tadi Tiffany?”
“Miss Jung.”
“Oh ya. Gadis yang menyapa Yuri beberapa waktu lalu.Nah,Yuri,mengapa kau tidak pergi dan mengobrol dengannya? Kulihat dia berdiri dekat meja tempat majalah.” Bibir perempuan itu tersenyum jahat ketika memandang Yuri merah padam.Ia membuang muka dan menggumamkan sesuatu.
“Apa katamu, Nak?”
“Aku tak ingin ngobrol dengannya.”
“Ya. Kupikir begitu. Kau tak akan bicara dengannya.Kau
tak akan bisa, betapapun inginnya kau!” Perempuan itu terbatuk
“Aku mulai bisa menikmati perjalanan ini,Tiffany. Oh, ditukar dengan apa pun aku tak mau!”
“Oh.” Suara Tiffany tanpa ekspresi.
“Yul.”
“Ya, Eomma.”
“Ambilkan kertas tulis dari meja di sudut itu.”Yuri bangkit dengan patuhnya.Tiffany mengangkat wajahnya.Dipandangnya ibu mertuanya. Mrs.Kim duduk tegak.Daun hidungnya kembang-kempis penuh kepuasan.Yuri lewat dekat Jessica. Jessica menoleh. Wajahnya penuh harap. Harapan itu segera hilang ketika Yuri cuma berlalu, mengambil beberapa helai kertas,dan kembali kepada ibunya.Beberapa tetes keringat membasahi dahinya pada waktu namja itu menyerahkan kertas tulis yang baru diambilnya kepada Mrs.Kim.
Sangat lembut Mrs.Kim bergurmam, “Ah.”
Kemudian dilihatnya mata Tiffany menatapnya. Pandangan menantunya itu tiba-tiba saja membuatnya marah. “Di mana nickhun hari ini?” tanyanya.
Tiffany menundukkan wajahnya lagi.Dengan suaranya yang lembut ia menjawab, “Aku tak tahu. Sepagian dia belum kelihatan.”
“Aku suka Namja itu,” ujar Mrs.Kim
“Kita mesti sering-sering menemuinya. Kau suka, kan?”
“Ya,” sahut Tiffany.
“Aku pun sangat menyukainya.”
“Kenapa Taeyeon akhir-akhir ini? Kelihatannya dia jadi pendiam. Kalian tidak bertengkar, kan?”
“Tidak. Mengapa mesti bertengkar?”
“Aku cuma ingin tahu. Biasanya suami-istri ada kalanya bertengkar, tidak cocok satu sama lain. Mungkin kau akan merasa lebih senang tinggal di rumah sendiri?”
Tiffany tidak menjawab.
“Bagaimana pendapatmu? Kau tertarik punya rumah sendiri?” Tiffany menggeleng. Katanya sambil tersenyum,
“Kupikir itu tak akan menarik buatmu,Eomma.”
Mata Mrs.Kim berkilat-kilat.Dengan tajam dan sengit katanya, “Kau selalu melawanku.”
Tiffany menyahut datar, “Sayang eomma berpendapat begitu.” Mrs.Kim berpegang pada tongkatnya.Wajahnya tiba-tiba menjadi keungu-unguan.Dengan nada suara berubah katanya, “Aku lupa membawa obat tetes.Tolong ambilkan, Tiffany.”
“Tentu.” Tiffany bangkit dan menuju lift. Mrs.Kim mengamatinya. Sementara itu Yuri duduk diam,pada matanya tercermin kesedihan hatinya.Tiffany pergi ke atas,dan setelah melewati beberapa koridor,sampai ke kamar mereka.Taeyeon sedang duduk di dekat jendela.Tangannya memegang buku,tapi ia tidak membaca. Mendengar Tiffany masuk, ia pun berdiri. “Ppany ah..”
“Aku mau ambil obat tetes omma. Ketinggalan katanya.”
Tiffany masuk ke kamar Mrs.Kim.Ia mengambil sebuah botol dan menuangkan isinya ke dalam gelas ukur.Dengan teliti Tiffany mengukur dosisnya, kemudian mencampurnya dengan air. Waktu melewati ruangan tempat Taeyeon duduk tadi,Tiffany berhenti, “Tae.”
Taeyeon tidak segera menjawab. Panggilan itu seolah datang dari tempat yang jauh sekali.Baru beberapa saat kemudian ia menyahut,
“Mianhae – kau bilang apa?”
Tiffany meletakkan gelas yang dibawanya perlahan-lahan di atas meja.Kemudian dihampirinya Tae-taenya.
“Tae,lihatlah matahari di luar sana.Lihatlah kehidupan.Indah. Kita pun bisa berada di sana – bukan cuma melihat dari balik jendela.” Hening.
Kemudian Taeyeon berkata, “Mianhae. Maksudmu, kau ingin keluar?”
Cepat Tiffany menjawab, “Ya, aku ingin pergi keluar bersamamu – ke luar sana, ke tempat yang disinari matahari, ke kehidupan bahagia, dan hidup berdua denganmu.” Taeyeon menyandarkan dirinya kembali. “Ppany, sayangku, mestikah kita ulang semua ini lagi?”
“Ya, harus. Ayolah kita pergi dan hidup sendiri.”
“Mana mungkin. Kita tak punya uang.”
“Uang bisa kita cari.”
“Mana mungkin? Apa yang bisa kita lakukan? Aku tidak dididik buat bekerja.Kita tak mungkin bisa hidup sendiri.” “Baiklah. Aku akan mencari uang buat kita berdua.
“Oh, sekolahmu saja tidak lulus. Tak ada harapan-mustahil!” “Tidak. Yang tidak berharapan dan mustahil adalah kehidupan kita sekarang ini.”
“Kau tak tahu apa yang kau ucapkan, Pany.Eomma sangat baik kepada kita berdua. Beliau memberikan kemewahan pada kita.”
“Ya, tapi tidak kebebasan.Kim Taeyeon,beranikanlah dirimu. Ikutlah denganku, hari ini.”
“Tiffany Hwang, kau gila.!!”
“Aku tidak gila. Aku seratus persen waras. Aku cuma menginginkan kehidupan bebas bersamamu dalam terangnya sinar matahari – bukan dalam kungkungan perempuan tua yang seperti tiran dan senang melihat anaknya tidak bahagia.”
“Memang mungkin Eomma agak otokratis …… ”
“Ibumu gila! Dia tidak waras!”
Taeyeon menyahut lembut, “Itu tidak benar. Eomma sangat pandai.”
“Mungkin – memang pandai.”
“Pany, dia tak akan hidup selamanya. Umurnya sudah enam puluh lebih, dan kesehatannya pun sudah begitu menurun. Kalau eomma meninggal, uang peninggalan Appa akan diberikan kepada kita semuanya.Kau ingat kan,Eomma pernah membacakan surat wasiatnya?”
“Pada waktu dia mati,” ujar Tiffany, “semuanya sudah terlambat.”
“Teriambat?”
“Terlambat buat berbahagia.Tae..”
Taeyeon bergumam, “Terlambat buat berbahagia.” Tiba-tiba ia bergidik.Tiffany mendekatinya. Didekapnya bahu lelaki itu. “Tae, aku sayang padamu. Tapi aku – oh, ada permusuhan antara ibumu dan aku. Siapa yang akan kaubela? Dia atau aku?”
“Kau – kau!”
“Kalau begitu, turuti permintaanku.”
“Itu tak mungkin!”
“Tidak. Bukan tidak mungkin. Pikir, Tae, kita bisa punya anak.”
“Eomma ingin kita punya anak.Baru-baru ini eomma bilang begitu.”
“Aku tahu. Tapi aku tak mau melahirkan anak buat dibesarkan dalam lingkungan seperti ini. Ibumu bisa saja memengaruhimu, tapi ingat – dia tidak akan bisa memengaruhiku.”
Taeyeon bergumam, “Kadang-kadang kau membuatnya marah, Tiffany. Itu tidak baik.”
“Dia marah cuma karena dia tahu bahwa dia tidak bisa memengaruhi atau mendikteku.”
“Aku tahu kau selalu ramah dan lembut terhadapnya. Kau manis sekali, Pany.Kau terlalu baik buatku.Dari dulu.Waktu kau bilang mau kunikahi.rasanya seperti mimpi saja.” Perlahan Tiffany berkata, “Aku salah – kawin denganmu.”
“Ya, kau salah,” ujar Taeyeon putus asa.
“Bukan begitu maksudku.Seandainya sebelum aku mau kaunikahi, aku mengajukan syarat supaya kau mau lari dari rumah bersamakul aku yakin kau mau… Aku mengerti kemauan ibumu waktu itu.”
Tiffany diam. Kemudian katanya, “Jadi, kau tak mau pergi bersamaku? Yah, aku tak berhasil membujukmu. Tapi ingat, Taeyeon, aku bebas pergi ke mana pun aku mau! Kupikir.. kupikir, aku akan pergi….”
Taeyeon memandangnya ragu.Untuk pertama kalinya, jawabannya datang segera,seolah kecepatan berpikirnya dipacu. Katanya terbata-bata, “Tapi … tapi… tak mungkin kau melakukannya.Eomma … Eomma tidak akan mengizinkan.”
“Dia tidak bisa menghalang-halangiku.”
“Kau tidak punya uang.”
“Aku bisa cari uang, pinjam, minta, atau malah mencurinya. ingat Taeyeon,ibumu tak punya kekuasaan apa pun terhadapku! Aku bebas pergi atau tinggal di sini semauku. Aku mulai merasa sudah terlalu lama kehidupan seperti ini kulalui.”
“Pany, jangan tinggalkan aku… jangan tinggalkan aku….” Tiffany memandangnya iba.
“Jangan tinggalkan aku,Pany hiks,” pinta Taeyeon seperti anak kecil. Cepat Tiffany membuang muka supaya Taeyeon tidak melihat kepedihan di matanya.Ia berlutut di samping suaminya. “Makanya, Tae – ayo, ikutlah denganku. Percayalah, kau bisa,asal mau.”
Taeyeon melepaskan diri darinya.“Aku tak bisa. Aku tak bisa! Sudah kubilang. Aku tak punya – oh, Tuhan,tolonglah hamba- aku tak punya keberanian….”
————
DOKTER Taecyon memasuki kantor sebuah biro perjalanan, dan di dalamnya bertemu dengan Jessica. Jessica menoleh. “Oh, selamat pagi. Aku sedang membereskan rencana perjalananku ke Seoul.Baru saja kudengar kau juga akan pergi akhirnya.”
“Ya kupikir waktunya masih cukup.”
“Senang sekali, kalau begitu.”
“Rombongannya besar atau kecil, ya?”
“Karanya, kita cuma bersama dua wanita lain. Satu mobil.” “Oh, bagus kalau begitu,” ujar Taecyon mengangguk. Kemudian ia mendapat giliran dilayani. Sambil memegang surat-surat perjalannya, Taecyon keluar mengiringi Jessica. Pagi itu udara cerah,dan angin bertiup sejuk.
“Bagaimana kabarnya keluarga Kim?” tanya Dokter Taecyon.
“Tiga hari terakhir ini aku ikut tur ke Gwangju dan Jeju.” Pelan-pelan, dan dengan agak segan, Jessica menceritakan kegagalannya menjalin hubungan dengan mereka.
“Aku gagal,” ujar Jessica menutup ceritanya. “Dan hari ini mereka sudah akan pergi.”
“Ke mana?”
“Aku tak tahu,” jawab Jessica jengkel. “Aku merasa telah bertindak bodoh.”
“Dalam hal apa?”
“Mengurusi orang lain.”
Taecyon mengangkat bahu. “Itu sih perkara pendapat. “Maksudmu, pendapat orang mengenai perlu tidaknya mencampuri urusan orang lain?”
“Ya.”
“Kau sendiri?”
Lelaki Jepang itu kelihatan senang. “Kalau kau menanyakan apakah aku punya kebiasaan mencampuri urusan orang lain,jawabnya tidak.”
“Kalau begitu kau menganggapku sudah mencampuri urusan mereka?” ‘
“Ani.Anniyo Kau salah mengerti,” Taecyon berkata cepat dan bersemangat. “Kupikir, masalahnya begini: apakah orang, kalau dia melihat ada suatu kesalahan diperbuat orang lain,harus berusaha membetulkan? Dalam hal ini, ikut campur seseorang mungkin berakibat baik tapi bisa juga malah lebih mencelakakan! Tak mungkin kita membuat hukum dalam hal ini. Mungkin ada beberapa orang yang pandai dalam mencampuri urusan orang lain dan mereka berhasil membenarkan apa yang semula salah! Tapi ada juga orang yang kurang mampu. Orang yang demikian,lebih baik membiarkan saja masalahnya seperti adanya.Belum lagi faktor umur.Orang-orang muda umumnya sangat ideal – pemikiran mereka biasanya lebih teoretis ketimbang praktis.
Mereka belum pernah mengalami bahwa fakta seringkali bertentangan dengan teori. Kalau orang percaya pada diri sendiri dan yakin akan kebenaran tindakannya, biasanya dia bisa mencapai sesuaru yang berguna! (Sayangnya, kebalikannyalah yang sering terjadi!) Sebaliknya, orang orang setengah baya biasanya berpengalaman mereka umumnya sudah mengalami bahwa ikut campur bisa berakibat baik maupun buruk. Mereka tahu pula bahwa akibat buruk lebih sering dialami daripada yang baik. Karena pengalamannya itulah mereka mengambil jalan bijaksana tidak mau ikut campur! Jadi, hasilnya sama saja si pemuda yang tulus bisa mengakibatkan baik dan buruk, sedangkan si tua tidak keburukan!” mengakibatkan kebaikan dan juga tidak. ”
“Itu namanya tidak membantu,” bantah Jessica.
“Bisakah seseorang menolong yang lain? Itu urusanmu, bukan urusanku.”
“Maksudmu, kau tak akan berbuat sesuatu sama sekali untuk keluarga Kim?”
“Aniyo. Aku tak akan punya peluang untuk berhasil dalam hal ini.”
“Kalau begitu, bagiku pun tak ada kemungkinannya?”
“Untukmu, mungkin ada.”
“Mengapa? “
“Karena kau punya kualifikasi khusus. Kemudaan dan seksmu mempunyai daya tarik sendiri.”
“Seks? Oh.”
“Orang selalu kembali pada seks, bukan? Kau gagal membantu gadis itu. Tapi itu bukan berarti kau akan gagal
juga membantu oppanya.Yang barusan kauceritakan padaku (yang diceritakan Boa padamu) dengan jelas menunjukkan satu-satunya tantangan bagi kekuasaan Mrs.Kim. Putra sulungnya, Taeyeon, menentangnya dalam dorongan kelaki-lakian mudanya. Dia diam-diam keluar rumah,pergi ke tempat Diskotik.Keinginan seorang namja menyentuh Yeoja,lebih kuat daripada kekuatan hipnotis.Tapi Mrs.Kim menyadari kekuatan seks. (Dalam kariernya, dia pasti sering melihat betapa besarnya kekuatan itu.) Diatasinya masalah itu dengan pintarnya – seorang gadis cantik tapi miskin diundangnya ke rumah mereka, kemudian mereka cepat-cepat dinikahkan. Dengan begitu, dia mendapatkan seorang budak lagi.”
Jessica menggeleng. “Tapi istri Taeyeon bukanlah budak.”
Taecyon mengangguk. “Bukan. Mungkin bukan. Ku pikir, karena orangnya kelihatan pendiam dan jinak, Mrs.Kim tidak mengira bahwa dia mempunyai sifat, kepfibadian, dan kemauan tertentu.Pada waktu itu Tiffany masih terlalu muda untuk menyadari keadaan sebenarnya. Tapi sekarang sudah terlambat.”
“Pikirmu dia sudah menyerah?”
Dokter Taecyon menggeleng ragu. “Seandainya dia punya suatu rencana pun, tak akan ada orang yang tahu. Aku melihat ada kemungkinan-kemungkinan dalam hubungannya dengan Nickhun. Taeyeon itu pencemburu – dan kecemburuan merupakan kekuatan tersendiri. Mungkin saja Kim Taeyeon masih bisa ditimbulkan rasa cemburunya.”
“Jadi, kaupikir,” Jessica berusaha kedengaran serius dan profesional, “masih ada kemungkinan bagiku berbuat sesuatu untuk Yuriku eh maksudku Kwon Yuri?”
“Ha ha..Ya.”
Jessica mengeluh. “Oh, andai aku mencoba yah. sekarang sudah terlambat, Bagaimanapun, aku rasanya kurang suka..em seks..”
Taecyon tampak senang. “Itu karena kau golongan darah B,Golongan darah B malu akan seks. Mereka bilang ‘seks kurang menyenangkan.”’
Respons Jessica yang penuh amarah tidak dipedulikan Taecyon. “Ya, ya, aku tahu kau Yeoja modern yang bebas mengatakan di depan umum kata-kata paling kotor sekalipun. Kau Yeoja cerdas dan profesional! Tout de meme, kau masih punya sifat-sifat menurun yang sama dengan yang dimiliki ibumu dan nenekmu. Kau masih tetap gadis Darah B yang pemalu,meskipun mungkin pipimu tidak cepat menjadi merah!”
“Belum pernah aku mendengar omongan sekonyol itu!”
Dengan mata berkedip nakal, Dokter Taecyon menambahkan. “Dan itu semua membuatmu sangat menarik!”
Kali ini Jessica tidak menyahut.
Cepat Dokter Taecyon mengenakan topinya. “Aku pergi,”ujarnya, “sebelum kau mulai mengemukakan lagi apa yang kaupikirkan.” Ia pun masuk ke hotel.
Jessica mengikutinya perlahan-lahan. Orang sedang sibuk di muka hotel. Beberapa mobil yang dipenuhi berbagai barang bawaan pergi meninggalkan hotel. Taeyeon dan Tiffany serta Nickhun sedang berdiri dekat sebuah mobil berukuran besar, mengawasi barang barang mereka. Seorang pemandu wisata Korea bertubuh kekar dan Tampan khas korea sedang berbicara dengan Boa.
Tbc
Pasti kalian greget banget ya,menurut author snsd saat ini seperti ini.dikuasai dan tak kan pernah bisa bebas…
sedih banget..
Iyah km bnar, saat ini snsd memang sprti itu, apalagi hubungannya dg sica, sekalipun mmber lain ingin sekali brhubungan bebas dg sica di dpan publik sprti biasa, tapi mereka tak akn prnah bs melakukannya krna adanya perintah.
Tae km buat aku gregetan, knapa gk terima ajakan phany, km akn menyesal nanti saat phany bnar” prgi dan meninggalkanmu, uang bs di cari tae, asalkan km mau bkerja keras km bs mndapatkannya.
Kau anggap ibumu baik?
Heol apanya yg baik.
Ayo sica, kamu psti bisa memperngaruhi yurimu, buat yul ikut dgmu dan meninggalkan ibunya yg psycopat itu.
Bnar menyebalkan si tua bangka itu!.
LikeLike
Kim jancuk(youngmin)ya mrs kim…
LikeLike
Mrs. Kim otoriter abis.. ngekang abis anak” nya.. bahkan seohyun yg notabenya anak kandung nya sendiri…
Si taeyeon udah di doktrin abis” an.. ayolah ikut fany keluar dari kungkungan mrs. Kim buat bisa hidup bebas.. di bwah sinar matahari..
Ya bisa jadi.. snsd kaya gitu ga punya kebebasan.. terkekang..
LikeLike
Pasti snsd kykngini…
LikeLike
Ilah deh gemes bener bacanya si tae ky bocah dongo ih
Yuri lagi samanya
Thor nm emakny siapa si biar gue santet cpet mati absnya bikin gregetan
LikeLike
Ye bener..kita santet tu kim..jancuk
LikeLike
aaaahhhh taeyeon nurut2 aja sih ama fany kan buat kebaikan jg
aduh sica semangat ya buat ngejar yurinya lg
semoga mereka bisa terbebas dari eomma nya yg jahat itu
keep writing thor
LikeLike
Semoga..
LikeLike
taeeeew ayo apa ayooo ikut fany taeeee pleaseee dan author jgn sampe tiffany berpaling ke nickhun please jangan sampe tetep ama taeyeon ya pleaseee
LikeLike
Mrs kim ini…. Arghhhh.. Tinggalin tae aja tiff anak mami gitu kok.. *plaaaak* *dihajar tae*
LikeLike
Ish ish sebel gw sma mrs. Kim pen gw tabok ajaaa.
Aaahhh msih penuh teka teki n misteri tpi seruuuu gw suka. Cpet updatenya thor hahhaahha
LikeLike
He eh
LikeLike